Senin, 02 September 2013

i am in fourth semester right now. it seems no longer i just came to this university. talking about love, i still can't find it yet. may be Allah has a better planning for me. in 22th years, i should have found it. but i am sure everything happen now is the best way for me...
clearly it is good to me to think about my thesis only....
everybody there, wish me luck..

C.I.N.T.A


Hari itu, 30 April 2012. Selepas jam perkuliahan usai, ku coba mengumpulkan semua uang yang tersisa. Tak banyak, apa lagi mahasiswa yang kuliah sambil kerja serabutan seperti ku. Dua puluh lima ribu rupiah berikut ada beberapa uang logamnya. Hanya itu yang tersisa, sayangnya belum ada panggilan kerja di catering, dan ini akan ku belikan sepotong kue. Perutku memang agak lapar setelah seharian berkuliah, tapi kue itu bukan untuk pengganjal lapar ku, melainkan untuk memperingati hari kelahiran seseorang besok. Entah seberapa berartinya orang itu untuk ku hingga rasa lapar seharian ini tak sedikitpun ku gubris. Di pikiran ku, bagaimanapun juga, dengan uang segini aku bisa memberikan kue terbaik. Langkah ku tergegas ke arah sebuah swalayan yang didepannya terpapar tulisan “yossie”, agak jauh memang jika dibandingkan dengan mall yang letaknya di seberang kampus ku. “tak apalah, mudah2an  yg di swalayan itu dapat kuenya yang lebih bagus dengan uang segini” inilah alasan ku memilih belanja disini. Ternyata perjalanan ku itu tak berbuah manis. Aku sengaja memilih untuk berjalan kaki agar uangnya tidak berkurang. Sepertinya sang mentari sudah mulai tenggelam di ufuk  sana, agar tak kemalaman, ku langkah kan kakiku semakin cepat. Tak beberapa langkah, tiba-tiba ada rasa perih yang melilit di perutku. Rupanya ia berdemo menuntut haknya yang seharian ini ku terlantarkan, bahkan aku lupa apakah semalam perut ku ini diisi atau tidak. Bukan main perihnya hingga langkah ku terseok-seok dan rasanya tak mungkin untuk tetap memaksakan langkah. Ku sandarkan punggungku disebatang pohon, tak peduli dengan orang yang berlalu lalang yg menoleh padaku. Saat ku rasa sakitnya agak sedikit reda, ku lanjutkan lagi pelan-pelan. Untungnya di kos-an ada beberapa potonng kue hasil praktek teman sekamarku yang memang jurusannya masak-memasak. Jadi cukuplah untuk mengganjal perut hingga esok. Itu lah untungnya punya teman anak tata boga.
1 mei 2012, sekitar pukul 12 an. Hari ini perkuliahan hanya setengah hari, kesempatan bagus untuk segera membeli kue yang kemaren tak jua ku temukan. Tak ingin kecewa kedua kali, ku putuskan saja untuk membelinya di mall depan kampus saja. Dan akhirnya aku mendapatkannya juga, tidak begitu bagus, tapi tak apalah. Harganya Rp 19.900 jadi sisanya dapat ku belikan lilin, dan selebihnya lagi untuk beli batagor, biar gak kayak kemaren lagi. Ternyata semuanya tak seindah yang ku bayangkan. Untuk memberikan kue itu aku menggunakan jasa  temanku yang kebetulan satu jurusan dengan yang akan berulang tahun.  Aku pikir dia lebih tau bagaiman mengatur pemberian kue ini. Tapi semuanya malah diluar dugaan. Dari siang itu dia minta ditemani dulu ke bank, ke counter HP,hingga sesore itu  kami singgah di catering dengan belum ada hasil apa-apa. Akhirnya dia meninggalkan ku begitu saja dengan alasan ingin memperbaiki HP nya. Hingga maghrib datangpun ia belum kunjung kembali. Yang berulang tahunpun saat aku memberanikan mengirim pesan menanyakan keberadaanya tak ada balasan. Saat itu tanpa kusadari telah ada butiran-butiran bening yang keluar dari ujung-ujung mata ku. Dengan langkah gontai, aku kembali ke kos. Ku amati kue yang telah ku beli tadi, ada ngilu yang menjalar di hulu hati ku hingga tak sanggup membendung tangis yang datang entah dari mana. Rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri saat itu. Tak lama, teman ku yang memang sudah tahu tentang ini bertanya lantaran kue nya masih utuh. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menguasai diriku agar tak menampakkan kesedihan itu di hadapannya. Tapi sia-sia, air mata ku malah semakin deras. Ku ceritakan yang terjadi, kemudian ia pergi  dari kamar ku dan entah kemana lagi. Ku coba untuk bisa mengatasi diri ku sendiri. Sungguh aku merasa begitu bodoh dan sudah tak bisa berpikir bijak lagi. Entah berapa lama aku menenangkan diri, tiba-tiba teman ku yang tadi masuk lagi. Kali ini ia menyuruhku mengenakan jilbab(aku memang selalu mengenakan jilbab jika keluar rumah) dan menyuruh ku juga keluar kos sambil membawa kue itu. Ternyata di luar sudah ada dia (yang berulang tahun). Dengan penuh suka cita kita bertiga memotong kue itu. Rasanya… tak ada kata yang bisa mengungkapkannya.
Aku tahu ia hanya menganggapku teman. Aku selalu berusaha menjadi teman yang baik pula. Tapi sungguh, jika aku terus bertemu dia, bicara dengannya, mendengar cerita tentangnya, aku tak sanggup menahan rasa suka ku. Rasa ini sungguh benar-benar menyiksaku. Hari itu aku hanya bermaksud memberikan sesuatu di hari ulang tahunnya, dan setelah itu aku akan menghindar sejauh mungkin darinya. Tanpa perlu memberitahu apa yang aku rasakan. Itupun ku lakukan, menjauh darinya…

Hari ini 1 september 2013….
27 hari lagi usiaku genap 22 tahun, 1 tahun lebih sudah berlalu setelah kejadian itu. Semula ku pikir jika rasa itu akan sirna seiring waktu. Aku memang mudah menyukai seseorang, tapi biasanya aku akan mengatakannya baik itu secara langsung ataupun tidak, hanya mengungkapkannya saja, tak perlu menjadi pacar. Dan palingan rasa suka itu juga bakal hilang begitu saja. Tapi entah mengapa aku tak melakukan ini padanya, bahkan aku tak mau ia tau perasaanku yang sebenarnya. Namun kenyataanya, hingga saat ini aku malah masih menyukainya. Bahkan masih sama seperti yang dulu.  YA rabbh,Aku tak ingin membebaninya dengan rasa suka ku yang hanya aku yang merasakan. Di balik semua itu, aku bersyukur mengenalnya dan punya rasa itu. Dan cerita itu,,biarlah menjadi sebuah kisah yang pantas untuk dikenang..
Ya ALLAH…  bantu hamba.. jika ia memang jodoh hamba, dekat kan lah hatiku dengan hatinya,, jika tidak damaikan lah hati ku dengan ketentuan MU
kenangan yang tertinggal: